Wednesday, March 25, 2015

Pendakian Pertama

Sejak pertama kali National Geographic Magazine hadir di Indonesia, aku sudah jatuh hati dengan keindahan alam dan segala habitat makhluk hidup di dalamnya. Kalau tidak salah itu ketika aku masih SMP. Majalahnya pun aku koleksi karena aku yakin suatu saat nanti ketika bumi sudah habis di eksploitasi aku bisa melihatkan anak cucuku betapa indahnya Bumi dahulu. Rencana yang begitu jauh kedepan.

Well, sejak saat itu aku bercita-cita jadi conservationist, ikut mendonasi di beberapa NGO seperti WWF dan Greenpeace, hidup tanpa pelastik saat sedang berkuliah di Malaysia. Sempat juga bercita-cita untuk ikut grup pecinta alam ketika berkuliah nanti. Sayang sekali di kampusku dulu rata-rata penghuninya berkeringat saja malas, ketika akan di buat Scout group oleh guruku yang berasal dari Dayak, hanya aku seorang perempuan yang mendaftar. Sedih memang.

Cita-citaku sehubungan dengan alam begitu banyak, mulai dari ingin menjadi dokter hewan dan bekerja di kebun binatang Australia seperti idolaku Steve Irwin, bekerja volunteer di NGO yang bergerak di bidang perlindungan satwa dan alam sampai cita-citaku yang tidak pernah mati hingga saat ini, yaitu menjadi Wildlife photographer untuk National Geography. Tapi sampai saat ini aku belum menemukan arah dan kesempatan untuk menggapai cita-citaku yang terakhir.

Aku sangat menikmati keindahan alam yang alami, baik itu di puncak gunung atau di bawah laut. Tahun lalu aku berkesempatan meng-explore bawah laut di Kepulauan Seribu dan meliahat keindahannya. Recently, aku berkesempatan ikut menaiki gunung tertinggi ke2 di dataran Jawa.



Pemandangan dari puncak Lawu


Tanggal 20-22 Maret 2015 lalu aku pergi bersama beberapa orang lainya mendaki gunug Lawu di Solo. Dengan penuh semangat aku mempersiapkan alat-alat yang di butuhkan. Papaku dulunya pendaki gunug dan penjelajah hutan karena dia adalah geologist. Papa membantuku menyiapkan segalanya, bahkan menyuruhku latihan dengan membawa carrier yang di isi botol minum, namu aku tak mengindahkanya, karena menurutku rutinitas ku berlari 2.5 kilo di gym sudah cukup menjadi garasnsi bahwa staminaku okay.

Karena aku merasa tertantang dengan statement papa bahwa aku gak akan kuat mendaki dengan berat carrier sekitar 7kg aku setengah mati mempertahankan niatku menggendong tas itu sampai puncak dan membawanya turun pun sendiri. Alhasi di dalam satu group berjumlah 17 orang dan perempuan 6 orang, Aku adalah salah satu dari 2 orang yang membawa carrier sendiri tanpa porter. Tentu saja beban di bahuku semakin terasa ketika pendakian semakin tinggi. Graviasi mulai menambah penderitaanku. Berkali-kali aku hampir oleng di buatnya. Tetapi semangat yang diberikan oleh Om dan Tante yang ikut dalam perjalanan membuatku tetap optimis bahwa aku mampu. Wong mereka aja yang umurnya 2kali lipat lebih tua dariku mampu. Bahkan saat yang bersamaan bocah 5 tahun juga ikut mendaki. Jadi aku tak boleh kalah. Begitu aku mulai menyerah terbesit beberapa kalimat yang aku bacar dari buku Negeri 5 Menara selama perjalanan ke Solo. " Kalo tidak kuat 100m lagi coba 200m lagi. Kalo masih gak kuat 200m lagi coba 500m lagi. Kalo gak kuat 500m lagi coba 1km lagi' gumamku dalam hati sepanjang perjalanan.

Bawaanku ketika mendaki- photo by Astari


Tak hanya tekad ku yang kuat berhasil membawaku ke puncak, tetapi pemandangan selama perjalanan dan keheningan yang ada membuatku lupa akan beratnya beban yang harus di pikul. Dalam langkah mulai perlahan aku memandang langit yang cerah biru, walau sebagian besar tertutup rindangnya pohon atau kabut. Bau harum rumput dan dedaunan basah oleh mebun, tanah yang gembur, suara burung berkicau, memberikan sebuah ketenangan dalam jiwa. Rasanya seperti di purify lagi, dan aku tersenyum sambil humming sepanjang perjalanan.

Semakin mendekati puncak, pemandangan semakin indah, pengalaman yang luar biasa bagiku karena berhasil mencapai puncak dengan kegigihan usahaku sendiri. Pemandangan yang bisa ku lihat di tempat kami akan bermalam sungguh menyejukan mata, rasa lelahpun hilang. Tapi begitu malam tiba badanku rasanya linu, terutama betis dan kakiku.
Kabut yang menutupi kedalaman jurang 

Trek Pendakian

Suatu kejutan untuk ku bahwa di atas tidak ada air, dan yang dikatakan toilet adalah sebuah gubuk sederhana yang bisa terlihat dari luar, lalu di dalamnya terdapat lubang yang sudah di semen rapih sekelilingnya. Lubang itu mungkin seukuran 20x35 cm dan kedalamnya 1,5m. Tapi mendengar cerita para seniorku yang sudah menaiki berbagai gunung, fasilitas ini lumayan. Well, mau gak mau aku harus beradaptasi karena gak ada pilihan lain.

Paginya sekitar pukul 5 pagi, kita semua bersiap-siap untuk menaiki puncak dan melihat sunrise. Hanya saja di Lawu, matahari muncul lebih cepat di banding kan di Bromo. Sehingga begitu sampai ke puncak sudah terang. Tetapi pemandangan begitu menakjubkan dari ketinggian 3265m Dari Permukaan Laut. Kami ber foto-foto dengan antusias agar moment dan jeri payah mendaki tersimpan abadi di kamera kami. Aku merasa perjalanan terbayarkan, aku bersyukur karena masih di berikan kesempatan dan kekuatan untuk menikmati alam ciptaan Sang Maha Kuasa.

Setelah sarapan nasi pecel bikinan Mbok Yem, kami turun menempuh jalur yang berbeda dari saat mendaki. namanya Cemoro Sewu, lama perjalanan lebih singkat dari jalur pendakian Cemoro Kandang, tapi sepanjang jalan turun kami harus malalui tangga-tangga terbuat dari batu yang tingginya beragam. Seringkali aku haru duduk terlebih dahulu untuk menuruni satu anak tangga.

Perjalan di persulit dengan hujan yang tiba-tiba datang. Di tambah jas hujanku gagal berfungsi, sehingga ketika kami kira hujan mulai reda, Om Agus menyarankan untuk di buka saja dari pada panas. Hanya 5 detik setelah aku membuka jas hujan, hujan kembali bersemangat deras membasahi. Karena sudah terlanjur basah, aku berjalan dengan semangat menuruni jejang-jenjang batu. Lama kelamaan aku merasa kedinginan, rambut yang di tutupi topi sudah basah kuyub, carrier semakin berat karena basah, sepatu pun perlahan mulai menampung air. Langkahku semakin berat, medah perjalanan turun yang itu-itu saja membuatku mulai bosan dan kelelahan. Tetapi di bantu oleh salah satu porter Mas Ledheng (nama gaulnya) dan teman bicaraku Astari aku tetap berkicau untuk membuat perjalanan menjadi lebih bersemangat. Di post terakhir sebelum pintu basedcamp kami beristirahat karena kaki sudah mulai ngetrill bergetar. Tiba-tiba ada seorang anak smp/sma perempuan yang jatoh pingsan. Sejurus teman-teman perjalananku yang hanya berempat mulai kawatir dengan kondisiku yang harus membopong carrier yang semakin berat dan badan yang basa kuyup. Tetapi aku meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja. Setelah pos satu perjalan menjadi cukup landai, hanya batu-batu yang tersusun tidak teratur memberi resiko tersandung atau terpeleset. Tetapi aku berusaha mengatur langkah lebih cepat dan stabil, karena aku tidak mau terkena hipotermia lalu pingsan dan siapa yang akan membopong badanku yang perkasa ini beserta carriernya?

Langkahku begitu cepat sehingga meninggalkan ke4 temanku di belakang. Mereka sudah mulai lelah, lutut mulai linu dan kaki yang sudah mulai lecet. Hanya 1 perbedaan mereka dengan ku, mereka tidak basah kuyub. Aku bergegas melewati jalan yang semakin lama semakin datar. Begitu melihat beberapa pondok dan gapura basecamp aku tersenyum lebar dan menyemangati diriku lagi bahwa langkahku hanya tinggal beberapa meter lagi. Tapi sisi lain hatiku sedih bahwa perjalananku harus berakhir sebentar lagi. Usaha yang aku kerahkan melawan rasa lelah tubuh sendiri selama pendakian dan jalan turun telah menjadi bukti bahwa selama aku mau berusaha apapun pasti terjadi. Perjalanan yang hanya 2 hari ini telah membuatku lebih optimis. Aku memiliki keluarga dan teman-teman baru, pengalaman dan pemandangan yang sudah di simpan dalam-dalam di otak dan lubuk hatiku. Walau ketika mendaki dan badan juga nafas mulai lelah aku terbesit pikiran 'Apaan sih nih pake ikut-ikut naik gunung segala?!' kesalku ketika itu. Tapi aku tau pasti sekarang aku ketagihan. Cerita para tante dan om yang sudah menjelajahi Rinjani dan betapa indahanya KErinci membuatku tak sabar, menunggu program-program acara lain dari KARASH untuk pendakian yang lebih menantang. Sekarangpun aku bertanya-tanya kapan lagi aku akan mendaki?


Buku Penyemangat Ku

Pict was taken from Intan's Blog

Sekitar 2 minggu lalu aku bertemu dengan seseorang yang wajahnya atau namanyapun aku tak kenal. Kami sedang berada di salahsatu Museum di Jakarta untuk menjalankan tugas penting. Kemudian, aku di perkenalkan dengan sesosok lelaki ini. Badanya tidak tinggi, rambut agak gondrong dan berkacamata. Namanya Ahmad Fuadi, tanpa tau siapa dia aku berjabat tangan saja santai. Lalu ketua acara ku menjelaskan bahwa abang Ahmad Fuadi ini adalah penulis novel Negeri 5 Menara yang sudah di buat filmnya. 

Jujur saja semenjak aku melihat sampul buku ini saat baru terbit tahun 2009. Sampul depanya telah menarik perhatian ku. Sebagai designer seringkali aku membeli buku hanya karena sampul depanya. Tetapi entah kenapa niatku untuk membelinya selalu tertunda. 

Sampai akhirnya 5 hari yang lalu aku membeli buku ini. Rasa penasaranku lebih besar dengan cerita di dalam buku ini karena aku telah bertemu dengan sang penulis. Awalnya semangat membaca hanya sekitar 20%. Tetapi kisah dibuka dengan latar Ranah Minang membuatku membayangkan kampung halamanku sendiri di Bukittingi, Tempat yang di deskripsikan oleh Abang Ahmad Fuadi pernah aku jelajahi dulu, sehingga tak sulit untuk membayangkanya. Semakin lama buku itu menarik perhatianku. Dalam perjalanan HIking Jakarta-Solo dengan kereta yang memakan waktu 8 jam, Aku dapat menghabiskan 3/4 buku itu.

Buku Negeri 5 Menara mengisahkan perjalanan seorang remaja yang harus mengikuti impian Emaknya agar anak laki-lakinya menekuni Agama dan berjuang di jalan Agama. Iyapun pergi ke tanah Jawa untuk menuntut ilmu di Pondok Madani, Surabaya. Sebuah sistem pendidikan yang membuat aku terkagum-kagum membacanya. Terasa berat memang untuk hidup cara murid-murid pondok itu, tetapi mengenang masa sekolah dulu, karena situasi dan kondisi tanpa pilihan lain yang harus ku hadapi sebagai murid, membuatku menerjang dan melewati kesulitan itu sebesar apapun. Membacar novel ini, membuatku berharap untuk kembali ke masa lalu dan bersekolah di sekolah seperti ini. 

Satuhal yang sangat mempengaruhi hidup ku setelah membaca Negeri 5 Menara adalah, ke-ikhlasan untuk menuntut ilmu, menerima ilmu, membagi ilmu adalah cara yang menurutku indah untuk membuat hidup ini berarti. Segala sesuatu harus di perjuangakan semaksimal mukin lalu berserah diri pada Allah merupakan ke iklasan sejati yang sering kali kita lupa. Yang ada malah menantang balik kepada Nya kenapa Ia tidak memberikan hasil sesuai keinginan kita.

Begitu banyak nilai-nilai kecil namun indah untuk di amalkan yang sering kali kita terlupa dalam buku ini. Walaupun agak terlambat membahas buku ini sekarang, tapi tetap saja aku butuh menuliskan dan menyebarkan kebaikan buku ini bagi teman-teman semua yang belum sempat membacanya. Tidak ada Ilmu yang lebih baik selain di sebarkan ke yang lain, bukan begitu.

Selamat membaca buku Negeri 5 Menara dan terinspirasi :D

'Man Jadda Wajada- Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil!' Negeri 5 Menara

Thursday, March 5, 2015

Special Notes for the Persons I Admire


I have been down this past view months, ended my 5 years relationship one day after my birthday. Quit my job that actually payed me a lot as a fresh grad, got dump from my new relationship that only survived for 2 months on Valentine's day (well I never care about that day, but somehow others care and the city was full of LOVE that day. Until even I forget the hurtful feeling for couple hours). 

Anyway, I believe this just some rough patch I should cross in order to find something beautiful later. Trying to be positive to face this all things is a hard work. One day I thought I am ready to letting all the bad things go and with so much optimism planning to go ahead with my life. Then the next day I would be cluttered with so much grey cloud about the feeling of betray, not worthy and think of giving up. Then of course came along a time when I would just used soo many bad words addressed to them. 

But then, I came back to the place when I am tired of hating them, I am tired to wish them a bad luck. Because keeping that inside me will not takes me any further. Well instead I would like to wish and thank you one by one.

Without the need to mention names I would just going to write one or might be several positive things I've learn from you and makes me remember you when i cross that moments.

Firstly, thank you for 3 of my 1st best friends in Malaysia, even though at the end we didn't become friends anymore. But you guys had gave me the survival kit to survive Malaysia. You've showed me different places in KL and introduced me to several buddies and made me part of your group. I won't even forget those time from my life.

Second, to a Guy that I owed apology for hurting him by ending up our 5 years relationship. I would like to send many thank and gratitude to you. You've been a biggest influence in my life a part my parents. You showed me that world is cruel, life is not like a bubble that fill with rainbows and butterfly. You were always encouraged me and believe in me with whatever step I took. Sometimes it ennoyed you because I would just tell something but never made it happen. You taught me to Love my brother and made my mother and father as always number one priority, 'because when they are gone your life will changes'. You were the person I missed the most, I got excited with and I loved. Sometime when I went to a movie, I hope I have friend like you who well got very excited and discuss every scene in the movie until our heart contained. Or just playing guessing which production house icon will appear in the beginning of every movie we watch just by listened to the jingle. I missed to have a fighting mate that not value me as a woman but a fighter. You've though me up in every way possible. I will never forget every moments we had spent together and I wish nothing for you beside happy life and a great success to catch your goal to be the richest person on earth so you can do alot of charity. Ps: Don't forget to care about nature and animals :)

Third, for the great heads of the company I was worked with. Thank you for inspired me every time we had a chance to talked. All the bosses that loved to over praise me in front of clients or others, I really thank you, because you might not realise it, but It had always boosted up my confidence and spirits to create something new and fantastic! You've showed me the good and bad leadership so I can learn from it. You guys, tough me the field that I wasn't have any idea about it at all and now, I think I can teach other about it. By me worked in your company, I found my new set of friends that now I consider them as my family and they are always kind to me. One quotes that I applied during the decision making process to just resign from your company actually came from one of you boss 'When you not passionate about your job anymore, just go resign and find your passion. Don't waste your time force it.' Really thank you for that. 

Fourth, I would like to thank my dearest friend that showed me another side of life. The way you living your life has inspired me in such a way that I cannot describe. You had opened my eyes to the life afterlife, which I never even thought about it before. You are the most complicated dude I ever now, but then I realised you just trying to be strong to face all the unpleasant things around you. I admire your working and corporate attitude, soo damn professional!  And your self control is amazing. Sometime along the way, I realise I still have some habits that remind me of you. Like everytime I eat with spoon and porcelain plate, I will carefully spoon my foods so there will be no friction noise that you hate the most. Everytime I see soy sauce and kinder Beuno chocolate it reminded me on how much you love both of it. Or everytime I turn on Prambors Radio, I could recall your weird crisp laugh when the announcer said something totally not funny for me :P. Thank you for encouraging me to write to help my creativity. It is totally work!. I wish you a happy life a head. Believe in your heart that you will find your peace. 

Really wish from the bottom of my heart, you have eternal happy life. Because happiness is not easy to get. I cherish all the time we spent together, from where I was and what I become today. Really blessed to be able to know you all. :D 

Let's Move Forward!